Halaman

Selasa, 22 April 2014

saksi mata

SAKSI MATA -Cerpen Seno Gumira Ajidarma- (Ambiguitas Tokoh Pak Hakim Versus Kesempurnaan Diskripsi Konspirasi Dunia Peradilan)

Saksi mata itu datang tanpa mata.....
Kalimat pembuka cerpen ini berhasil memancing rasa ingin tahu untuk membaca lebih jauh. “Syaraf lucu” beberapa orang berhasil tergelitik, katanya saksi mata, kok buta, lalu mata yang mana yang menyaksikan peristiwa yang akan disidangkan?Beberapa orang terkekeh-kekeh ketika saksi mata tanpa mata itu di-interogasi Pak Hakim.

“Saudara Saksi Mata.”           
“Saya Pak.”           
 “Di manakah mata saudara?”           
 “Diambil orang Pak.”           
“Diambil?”         
“Saya Pak.”           
“Maksudnya dioperasi?”           
“Bukan Pak, diambil pakai sendok.”           
“Haa? Pakai sendok? Kenapa?”           
Saya tidak tahu kenapa Pak, tapi katanya mau dibikin tengkleng.” (masakan khas Surakarta sop tulang belulang kambing-red)

Lumayan panjang dialog yang membawa pembaca mengenali peristiwa yang akan diungkap di persidangan, namun sebuah kejutan hadir dalam dialog berikut:

“Ngomong-ngomong, kenapa saudara diam saja ketika mata saudara diambil dengan sendok?”           
“Mereka berlima Pak.”           
“Saudara kan bisa teriak-teriak atau melempar barang apa saja di dekat saudara atau ngapain kek supaya tetangga mendengar dan menolong saudara. Rumah saudara kan di gang kumuh, orang berbisik di sebelah rumah saja kedengaran, tapi kenapa saudara diam saja?”           
Habis terjadinya dalam mimpi sih Pak.

Kali ini bukan cuma pembaca yang terkekeh-kekeh, orang-orang yang hadir di persidangan pun diceritakan dalam cerpen ini, mereka semua tertawa, kecuali Pak Hakim. Beliau mengetuk kan palu dengan marah. Meskipun sama-sama manusia, Pak Hakim sedikit berbeda dari kebanyakan kita yang boleh tertawa di sembarang suasana. Ini pengadilan, terhormat, dan wajib bagi seorang hakim untuk menjaga wibawa hukum.   

Seno Gumira Ajidarma (SGA) -sang penulis- membawa kita menikmati panggung persidangan sambil melemparkan beberapa isyarat kritis.  Sebagai catatan cerpen Saksi Mata ini dimuat harian Suara Pembaharuan, 1992. Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Jan Lingard, dimuat kembali sebagai “Eyewitness” dalam The Weekend Review, suplemen harian The Sydney Morning Herald (Sydney, 16-17 Desember 1995). Diterjemahkan ke bahasa Belanda oleh Cara Ella Bouwman, dimuat kembali sebagai “De Ooggetuige”dalam Een Bron die Nooit Dooft: Stemmen van Tegenspraak in Proza en Poezie uit Indonesia (Amnesty International, 1997). Diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh Oshikawa Noriaki, dimuat kembali sebagai “Shounin” dalam majalah sastra Gunzou (1997)




Kamis, 06 September 2012

Penyakit Lumpuh Pada Itik


Seringkali kita jumpai penyakit lumpuh pada bebek/itik, sore sehat, tahu- tahu pagi sudah lumpuh, dan ini bisa berakibat pada kematian hewan ternak. 
apa Penyebabnya?

Cara Mudah Beternak Bebek


Sudah lazim jika sesuatu yang kuno akan bertentangan dengan hal yang modern, dalam perkembangannya manusia selalu menyempurnakan diri dalam usaha memudahkan cara hidupnya, termasuk didalamnya cara menangani ternak. itik atau bebek merupakan sektor usaha yang saat ini semakin serius untuk digeluti, hal ini dapat dilihat dari data statistik dinas peternakan atau kondisi riil di lapangan yang mana baik, daging, telur, maupun ternak yang kian bertambah atau berkembang angkanya kian hari.